Tuesday, June 15, 2010

Ketika Penuaan Mulai Melanda Pria

JAKARTA, KOMPAS.com - STAMINA menurun seiring bertambahnya usia.
Sebagian besar para pria akan mengalami hal ini cepat atau lambat.
Observasi tentang usia dan pergerakan yang melambat terkadang membuat
kita menjadi kurang produktif dalam bidang fisik ataupun akademis.

Pada masa lewat paruh baya inilah kinerja menurun dan diperlukan usaha
lebih untuk mempertahankan kecepatan yang kita miliki layaknya waktu
muda dulu. Tak jarang pula terjadi, ketika fisik terlalu banyak
bekerja, badan akan terasa sakit dan pegal, mulai sulit berkonsentrasi
dan mudah lupa. Kurangnya energi, tenaga dan ketahanan tubuh ketika
menua merupakan hal wajar. Termasuk, kurangnya gairah seks dan ereksi
tidak tahan lama.

Faktanya, proses penuaan hanya bisa kita hadapi dengan usaha
sebisanya, dicegah jika bisa dan ditunda apa yang bisa ditunda. Ilmu
medis masa kini pun telah banyak menyampaikan pesan mengenai gaya
hidup sehat, gizi dan penggantian hormon yang dapat menunda penuaan
dini.

Hormon yang mempengaruhi proses penuaan pada pria dan wanita, seperti
hormon gonadal, adrenal, thyroid dan hormon pertumbuhan. Dengan adanya
penggantian hormon ini, makan hormon penuaan akan sedikit diproduksi,
dan hormon-hormon baru ini lah yang akan membantu perbaikan sel-sel
tubuh dan mempertahankan fungsi tubuh.

Meski demikian, praktik penggantian hormon pada pria lanjut usia ini
merupakan praktik medis yang cukup pesat pertumbuhannya dan perdebatan
mengenai "andropause" kerap terjadi beberapa tahun terakhir.

"Andropause" merupakan kondisi mental, fisik dan seksual pria yang
berkaitan dengan tingkat testosteron yang rendah. Tingkat testosteron
yang semakin rendah dipercaya akan meningkatkan munculnya
gejala-gejala adropause. Meski demikian, penggunaan kata "andropause"
dalam hal ini belumlah tepat.

Pertama, tidak benar bahwa andropause merupakan "menopause" pada pria.
Gejala andropause terjadi secara rutin. Hal ini terjadi ketika terjadi
perubahan dalam tubuh yang mempengaruhi kualitas hidup. Selain itu,
tidak bisa disamakan antara efek dari terapi penggantian hormon wanita
saat menopause dengan efek penggantian testosteron pada pria.

Kedua, "andropause" sangat jelas berarti bahwa kelenjar sel seks
(gonad) sudah tidak lagi diproduksi. Pada "kondisi penuaan" ini,
tingkat testosteron semakin menurun, namun tidak nol. Selain ini,
menurunnya produksi testosteron seiring bertambahnya usia tidaklah
sama pada semua pria, karena tidak semua pria mengalami penurunan
produksi testosteron.

Tingkat penurunan pada setiap pria berbeda-beda, dengan gejala yang
berbeda-beda pula. Para ahli menyebut istilah tersebut dengan nama
SLOH atau symptomatic late-onset hypogonadism, yang artinya gejala
defisiensi sistem reproduksi yang mengakibatkan menurunnya fungsi sel
seks atau gonad (rahim atau testis).

Setiap pria tahu bahwa kita mengalami penurunan pada saat kita menua.
Bisa jadi SLOH. Kira-kira 50% pria mengalami gejala-gejala ini pada
usia 55 tahun. Namun hypogonadism pada pria ini kerap tidak dilaporkan
dan didiagnosa lebih lanjut.

Sejak dini, yang dapat dilakukan para pria yang mulai merasa stamina
adalah dengan mengenali gejala-gejala SLOH. Sehingga pemeriksaan
tingkat testosteron pun dapat dilakukan untuk mendapatkan diagnosa
pasti. Perawatan yang dilakukan pun dapat dioptimalkan sesuai
kebutuhan. Terapi testosteron tentu patut untuk dipertimbangkan agar
SLOH tidak menyebabkan kualitas hidup dan stamina menurun. (abd)

No comments:

Post a Comment