Thursday, October 1, 2009

Sunyi, Sepi, Kesendirian

6 November beberapa belas tahun yang lalu, lahir seorang bayi
perempuan, Lucu. Badannya kurus dan kecil. Dibelai dan disayangi ibu,
ayah dan kakaknya. Waktu berlalu, dan kini bayi itu sudah beranjak
remaja, menjadi seorang gadis.

Tetapi putaran hidup dirasakannya terlalu kejam. Kini hidup gadis ini
tidak lagi indah. Dia sering saja termenung mengenang nasib diri
karena Sunyi, Sepi, dan Kesendirian.

Gadis ini membenci dirinya. Hidup ini terlalu menyakitkan. Gadis ini
tidak menyangka hidupnya akan berubah begitu cepat, seawal waktu dia
di kelas 2sekolah dasar, apabila mendapati fisiknya mulai berbeda jika
dibandingkan setahun sebelum itu.

Setelah kecelakaan akibat terjatuh dari sepeda dan kemudian dirawat
dirumah sakit selama dua bulan, gadais ini kemudian melihat dirinya
mulai berubah dari anak kurus, menjadi seorang anak yang gemuk.

Maka, bermulalah seri kehidupan yang berkembang menjadi kanak-kanak
rendah keyakinan diri. Keadaan sekeliling yang mendiskriminasi anak
gemuk membuat gadis ini menyesali takdir dan membenci dirinya sendiri.

Ketika di sekolah dasar, tidak banyak teman sebayanya mahu menjadi
temannya. Kumpulan murid perempuan yang pandai dan kurus hanya memilih
teman yang cantik-cantik saja walaupun teman yang dipilih berada di
kelas terakhir. Kurur membuatkan mereka cantik dan kelihatan pandai
walaupun kepala mereka kosong.

Gadis ini masih ingat, kadangkala dia mendapat nilai tertinggi dalam
mata pelajaran Bahasa Inggris tetapi itu tidak menjamin dia mendapat
banyak teman. Tambahan lagi, ada diantara anggota keluarga yang
semestinya mendorong dan menyokong ke arah kebaikan selalu memberi
reaksi negatif, yang isi pentingnya adalah mengenai keadaan fisik si
gadis.

Mereka seperti malu mempunyai anggota keluarga berbadan gemuk seperti
gadis ini dan hanya menyuruhnya duduk di rumah. Apabila si gadis
keluar ke khalayak banyak, mereka akan menunjukkn air muka marah dan
mengusir si gadis pulang ke rumah.

Setelah remaja, keadaan tetap tidak berubah, ditambah lagi gadis ini
dilahir dan dibesarkan di luar Bandar. Bagi mereka, orang gemuk tiada
tempat dalam masyarakat dan cantik hanyalah kata sifat bagi
orang-orang kurus yang belum tentu cantik sifat dalamnya.

Gadis ini adalah anak bungsu tetapi selalu disalah artikan sebagai
kakak kepada kakaknya. Ketika berada di SMP, gadis itu dipanggil 'Bu
De' oleh orang sekeliling juga mengatakan yang gadis ini bukan anggota
keluarga mereka tetapi 'seperti anak sesat ataupun anak hilang.

Bayangkan pada saat itu, perasaan seorang remaja perempuan yang masih
lagi tercari-cari jati diri dan amat mudah ikut jalan, tetapi kemudian
dilemparkan dengan kata-kata sedemikian; hanya bayangkan.

Hidup ini terlalu menyakitkan dan Kosong. Si gadis hanya menerima apa
saja pakaian yang di beli oleh ibu tanpa banyak soal. Istilah fesyen
tidak wujud dalam kamus hidup gadis ini. Apa yang ada walaupun sesuai
untuk orang yang lebih berusia, tetapi gadis ini sarungkan ke tubuh
dengan penuh syukur.

Usianya meningkat, si gadis semakin menyisihkan diri. Selepas
meninggalkan bangku sekolah, si gadis selalu berkata-kata kepada
dirinya sendiri, mungkin dia tidak akan mempunyai teman lelaki, tidak
akan bertemu jodoh, jauh sekali untuk mendirikan rumah tangga.

Ya; karena gadis ini seorang anak gemuk dan semestinya apabila gemuk,
memang tidak menarik.

Ketika berjalan di Bandar dengan rekan-rekan sebayanya, mereka selalu
menjadi perhatian sang jejaka manakala gadis ini hanya menjadi postman
mereka. Teman-temannya berjalan berdua-duaan dengan teman lelaki,
gadis ini pula tertinggal jauh dibelakang dan terkedek-kedek mengejar
langkah mereka.

Dia melangkah seorang diri, sunyi, sepi dan ditertawakan.
Gadis ini diejek lembek, lemah dan lambat bergerak. Itulah nasib si
gadis yang bergelar anak perempuan gemuk dan tidak cantik.

Apabila si gadis membaca koran dan melihat TV, hatinya teriris lagi
apabila melihat orang gemuk dipertontonkan sebagai manusia gelojoh dan
tamak ketika menghadap rezeki. Orang gemuk juga diperlihatkam sebagai
kejam, pendengki, dan pemalas manakala si kurus sebagai lemah lembut,
menghormati orang tua dan cantik.

Kini gadis berusia belasan ini sering termenung. Ada kalanya air mata
gadis ini menitis Sunyi, Sepi, Kesendirian memikirkan nasib diri.

ROSHIDAYU CHE MAT, Petaling Jaya.

No comments:

Post a Comment